Direktur SDM dan Umum Petrokimia Pompa Semangat Karyawan
By Admin
GRESIK - Wacana pencabutan
subsidi pupuk oleh pemerintah semakin menguat. Ini akan menjadi tantangan bagi
PT Petrokimia Gresik (PG). Apalagi, saat ini Indonesia sudah memasuki era
keterbukaan atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Karena itu, Direktur
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum PG, Rahmad Pribadi ingin memompa kembali
semangat revolusi karyawan PG untuk menghadapi tantangan itu. "Kita harus
melangkah di jalan yang tidak umum (revolusi, Red), memang berat tapi akan membawa
pada kebenaran," kata Dir SDM dan Umum dalam acara Townhall
Meeting Direktorat Utama, serta Direktorat SDM dan Umum yang
dilaksanakan lesehan di Wisma Kebomas PG, 29 Februari 2016.
Saat ini sudah
masuk era keterbukaan. Kalau perusahaan pupuk dari China, Eropa, Amerika
Serikat (AS) masuk ke Indonesia, otomatis pasar PG tergerus. Perlu
diketahui juga bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN)
dianggarkan Rp 30 Triliun untuk subsidi pupuk. Tapi dengan anggaran sekitar 2
persen dari APBN itu, kesejahteraan petani belum juga membaik.Olehnya pemerintah
ingin mengalihkan subsidi ini pada program yang lebih efektif
Belum lagi sekarang
perekonomian dunia melemah, ekonomi nasional juga belum menunjukkan tanda-tanda
yang membaik. Harga komoditas anjlok, termasuk gabah. Di Jawa Barat dan Jawa
Timur biasanya harga gabah mencapai Rp 5.000 per kilogram (kg), sekarang hanya
Rp 4.000an saja.
"Kondisi ini yang
menjadi pemikiran dewan Direksi. Karena itu kita diminta untuk melakukan
efesiensi," ujarnya.
Dir SDM dan Umum
memastikan jika sampai saat ini tidak ada opsi mengurangi karyawan untuk
menghadapi pencabutan subsidi dan efesiensi. Tapi di jiwa setiap karyawan PG
harus tumbuh jiwa revolusi yang pernah berkobar beberapa tahun lalu.
Zaman dulu inovasi
perusahaan pupuk yang paling hebat adalah urea tablet. Sebab urea sebelumnya
kalau disebarkan banyak yang hilang. Tapi inovasi ini tidak laku.
Kemudian dicoba
butirannya lebih besar, atau yang dikenal dengan urea granul. Ini juga sama
dengan urea tablet, tidak diminati petani.
Kemudian PG melakukan
revolusi dengan membuat pupuk NPK sepuluh tahun yang lalu. Ini ide luar biasa,
perusahaan pupuk tidak pernah memikirkan compound fertilizers, atau
menggabungkan tiga unsur, yaitu N (Nitrogen), P (Phospate), dan K (Kalium).
Selanjutnya PG berjuang
keras agar NPK ini laku di pasar. "Saat itu Dirut PG selalu mempromosikan
ke teman-temannya setiap kali bermain golf. Saya pikir hal biasa, karena Dirut
gajinya besar, wajar jika mempromosikan produknya," kata Rahmad Pribadi.
Tapi, Dir SDM dan Umum
itu mengaku terkejut karena staf PG di level paling bawah juga rela naik motor
ke gunung-gunung untuk memasarkan dan mensosialisasikan NPK. Ini tidak hanya
revolusi industri tapi juga revolusi organisasi.
"Kita ingin
semangat itu muncul sekarang, menghadapi dicabutnya subsidi," tandasnya.
Revolusi yang dilakukan
PG berikutnya adalah Petroganik. Dengan komposisi penanaman 5:3:2, produksi
padi meningkat menjadi 10 ton per hektare, padahal biasanya hanya 6 ton. Yang
dimaksud komposisi 5:3:2 adalah, 500 kg pupuk organik, 300 kg Phonska, dan 200
kg Urea untuk tiap satuan hektare.
Sementara komposisi
subsidi pemerintah sekarang terbalik, dari 9,5 juta ton pupuk subsidi, 50
persen untuk Urea, selanjutnya NPK, dan paling sedikit atau kisaran 10 persen
untuk pupuk organik.
"Jadi dalam
menghadapi tantangan ini, PG dituntut untuk menjadi cost leader (memberikan
harga termurah, Red). Sehingga mampu memimpin pasar," ujar Rahmad Pribadi.
Sementara itu, Dir SDM
dan Umum juga meminta acara distribution D (komunikasi
antara direksi dan karyawan) seperti townhall meeting itu
rutin dilakukan. Itu untuk menyelaraskan apa yang menjadi pikiran direksi ke
seluruh karyawan PG. Harapannya selanjutnya disampaikan ke semua pihak,
termasuk keluarga.
Setiap karyawan PG juga
diminta untuk memiliki email, tujuannya jika ada hal-hal yang urgentingin
disampaikan direksi, bisa langsung lewat email.
"Distribution D,
tidak hanya bisa dilakukan dengan tatap muka tapi juga dapat memanfaatkan
teknologi. Tatap muka terlalu sering justru akan menggangu kerja,"
pungkasnya. (Dep Humas)